welcome to silvy's page all .. enjoy it ! (febrina silvy armatika dewi 4EA01 npm 12211785)

Kamis, 26 Desember 2013

APA JADINYA JAKARTA NANTI ??

Apa yang kalian pikirkan bila muncul kata jakarta ???
Pasti yang kita semua setuju adalah pusat di negara ini , kota metropolitan , kota yang penuh akan kemoderen-an serta transportasi juga teknologi canggih .Namun, hal lain yang juga akan terpikir adalah betapa padatnya kota ini yang memiliki penduduk melebihi kapasitas yang akhirnya menimbulkan kemacetan dimana-mana bahkan banjir pun merupakan salah satu akibat yang disebabkan oleh penduduk itu sendiri.
Namun, banjir tidaklah selalu dialami oleh penduduk kota Jakarta, tapi apabila macet ?? tentulah jangan dipertanyakan lagi.Setiap hari sepertinya macet sudah bagai makanan sehari-hari yang wajib dikonsumsi.Macet tak terlepaskan dari image kota Jakarta sebab banyaknya penduduk yang lebih memilih memakai kendaraan pribadinya sendiri dibandingkan memakai kendaraan umum yang memang menurut saya pribadi dahulu kala kendaraan umum memang sangat tidak memadai fasilitasnya.
Kini, pemerintah sudah mulai sukses mewujudkan kendaraan umum yang sudah mulai memadai fasilitasnya, sehingga tidaik sedikit yang memakai kendaraan umum ketimbang dengan kendaraan pribadinya apabila ingin berpergian meskipun hal ini belumlah dapat membuat Jakarta tidak macet lagi.
Sayangnya, beredar isu menyatakan bahwa akan beredar mobil murah yang ramah lingkungan ?
Dilansir dari salah satu berita yang saya dapat menyebutkan hal tersebut.Faktanya mobil ramah lingkungan itu baik karna akan mengurangi polusi yang sudah sangat parah di kota Jakarta, namun apa jadinya apabila banyak yang membeli mobil tersebut yang padahal mobil mahal saja sudah sangat banyak beredar di jalan ibu kota Jakarta ini ?? 
Berikut berita yang saya dapatkan ..

Isu terbaru dan cukup hangat adalah masalah mobil murah dan ramah lingkungan (low cost green car) produksi Kementerian Perindustrian yang direncanakan akan dijual kepada masyarakat disamping ekspor.
Reaksi keras menentang rencana produksi dan memasarkan produk tersebut kedalam masyarakat datang dari Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta, dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, yang kebetulan kedua-duanya dari PDI-P dengan alasan kemacetan kota Jakarta dan kota-kota di Jawa Tengah akan bertambah parah.
Sementara itu, media massa sedemikian jauh belum menyuarakan sikapnya, meskipun berkat media massa isu tersebut praktis telah menjadi berita yang cukup luas ditangkap masyarakat dan menjadi materi perdebatan secara terbuka oleh berbagai tokoh masyarakat, antara mereka yang pro pemerintah dan mereka yag pro Joko Widodo. Media massa menyajikan banyak membuat berita mengenai mobil murah, menandai bahwa isu mobil murah adalah isu yang sensitif.
Dengan disertai penghargaan kepada media massa yang telah secara tidak sadar menyajikan isu tersebut sebagai informasi yang luas kepada masyarakat, diantaranya kepada lembaga intelijen sekalipun seperti BIN tentunya juga merupakan informasi berharga untuk digunakan sebagai bahan mengatisipasi saran tindak yang mungkin diajukan kepada Pemerintah apabila diperlukan.
Pro Kontra Mobil Murah
Dari berbagai berita yang beredar terkait low cost green car, ternyata masih menimbulkan pro kontra di tengah masyarakat. Menurut anggota Komisi V DPR dari Fraksi PDIP Nusyirwan Soejono, cara penjualan mobil murah ke seluruh wilayah Indonesia tidak ada gunanya, karena kehadiran mobil murah atau mobil LCGC akan menambah kemacetan setiap hari. Nusyirwan memberi contoh, pemasaran mobil murah dilakukan di Pacitan, Jawa Timur. Namun kendaraan yang dibeli di kota kecil sudah bisa masuk ke kota besar seperti Surabaya. "Apa kendaraan tidak boleh ke Surabaya? Tidak ada ketentuan klausul membatasi pengemudi antarpulau antardaerah," ungkap Nusyirwan. Nusyirwan menambahkan penjatahan, penjualan itu tidak sama dengan membatasi penggunaannya melakukan perjalanan. Karena hal tersebut, kota-kota besar juga akan merasakan kemacetan yang lebih parah akibat mobil murah tersebut
Pendapat berbeda disampaikan Ketua DPR-RI, Marzuki Alie. Menurut politikus Partai Demokrat ini, dirinya setuju dengan wacana mobil murah yang digulirkan pemerintah melalui Low Cost Green Car (LCGC) dengan kisaran harga di bawah Rp100 juta untuk mengurangi konsumsi bahan bakar minyak (subsidi) dan memperkuat industri otomotif Indonesia. Marzuki menilai mobil murah tersebut dapat memperkuat industri di Indonesia khususnya dalam menghadapi persaingan perdagangan bebas ASEAN 2015 mendatang. "Persoalan kemacetan jangan dikaitkan dengan industrialisasi. Bangun industri penting loh, ada lokomotif yang harus kita kedepankan. Kita unggulnya dalam bidang apa di kawasan ASEAN, kalau kita unggulnya dalam otomotif, kita kembangkan bidang otomotif," beber Marzuki di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (21/9/2013). Sangat berbahaya bagi Indonesia tidak memiliki unggulan dalam pasar bebas ASEAN. Jika tidak siap, mau atau tidak mau, kata dia, Indonesia tetap akan dibanjiri mobil murah dari negara lain. Terkait dengan adanya keberatan soal pengadaan mobil murah yang bisa menyebabkan kemacetan, seperti dikatakan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, menurut Marzuki itu persoalan lain.
Sementara itu, berbagai kalangan yang pro atau setuju dengan program pemerintah terkait mobil murah tersebut pada intinya menyatakan, program mobil murah dan berteknologi ramah lingkungan. Hal ini merupakan kebutuhan di Indonesia, sebab saat ini mobil ramah lingkungan sangat minim. Namun, karena infrastruktur jalan dan tranasportasi umum masih dalam pembenahan, hendaknya produksi mobil murah dilakukan dalam jumlah yang tidak banyak. Sebab, jika produksi tinggi, sementara angkutan umum dan jalan masih tebatas, maka kemacetan lalu lintas yang saat ini sudah padat akan semakin parah, seperti kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi yang etiap hari disesaki jutaan kendaraan pribadi, baik mobil maupun motor. Nah, jika LCGC dijual secara besar-besaran di kawasan ini, maka upaya pemerintah untuk mengurai kepadatan jalan semakin sulit. Apalagi program pembangunan MRT dan Monorail di Jakarta masih belum terealisasi.
Menjelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015, peluang untuk pasar otomotif terlebih produk mobil murah sangat terbuka. Dia berharap Indonesia jadi salah satu produsen produk otomotif.


Dilihat dari hal tersebut saya pribadi sangat menolak adanya mobil murah untuk di kota padat seperti Jakarta.Boleh saja diadakan mobil tersebut namun alangkah baiknya hanya dipasarkan di daerah yang masih sedikit penghuni dan mereka yang tempat tinggalnya berada dalam kawasan hutan sebagai paru-paru dunia seperti di kawasan Kalimantan sebab apa jadinya Jakarta nanti bila saja mereka yang kini naik motor nantinya akan naik mobil semua karena diadakan mobil murah ???? saya tak bisa bayangkan bagaimana bila Jakarta tak bisa bergerak sama sekali.Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar