Topeng monyet ? apa yang ada dipikiran kalian ketika mendengar kalimat tersebut ?
Pastinya sebuah atraksi yang banyak disukai oleh banyak kalangan masyarakat, muda ,tua, semua menyukai.
Betapa tidak ? atraksi topeng monyet yang dilakukan monyet yang lucu dan bertingkah pintar layaknya manusia banyak menjadi perhatian dikala pawang mulai mendendangkan alunan musik yang khas dan monyet pun berlenggak lenggok dengan berbagai macam properti lucu yang sangat sesuai dengan ukuran si monyet.
Namun, apakah monyet-monyet tersebut sudah dijamin kesehatannya ketika semua tahu bahwa monyet salah satu hewan yang dapat menularkan berbagai macam penyakit.
Kini,pemerintah provinsi DKI Jakarta telah mencanangkan "2014 Jakarta bebas topeng monyet".
Dilansir dari salah satu sumber dikatakan :
Gubernur DKI Jakarta Jokowi menargetkan, Ibukota Jakarta bersih dari topeng monyet pada 2014 mendatang. Itu artinya, seluruh pawang topeng monyet, terutama yang ada di perempatan lampu merah, tidak boleh beroprasi lagi di kawasan Jakarta.
Penertibannya sudah dilakukaan sejak Selasa (22/10/2013) kemarin. Hingga hari ini sudah ada 10 pengamen topeng monyet yang terjaring razia. Jokowi mengaku sudah mendata jumlah tukang topeng monyet di Jakarta.
Hewan hewan malang ini akan di beli oleh Jokowi dari pawangnya seharga satu juta rupiah, nantinya monyet-monyet ini akan di lepas di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Disana sudah disiapkan lahan seluas 1 hektar oleh Jokowi untuk monyet-monyet tersebut.
Alasan Bapak Jokowi melakukan penertiban, karena merasa kasihan terhadap monyet yang dieksploitasi untuk mengamen (topeng monyet).
Untuk melancarkan rencananya, Jokowi sampai membuat Poster yang bertuliskan "2014 Jakarta Bebas Topeng Monyet", yang dibuat sebagai bentuk perlindungan terhadap hewan monyet.
Dalam poster itu, Jokowi mengimbau agar masyarakat tidak menyiksa hewan primata tersebut karena melanggar Pasal 302 KUHP. Monyet bukan hewan peliharaan karena dapat menularkan penyakit TBC.
Keputusan ini tentu saja menimbulkan perdebatan, ada yang mendukung keputusan Bapak Jokowi, ada pula yang tidak setuju dengan keputusannya.
Mungkin, ada beberapa dari kalian yang terhibur dengan tingkah si topeng monyet, namun banyak juga, yang menilai kalau perlakuan si pawang terhadap monyet-monyet tersebut sangat kejam dan tidak layak. Monyet ini jika tidak menurut akan diikat tangannya, dipukul, hingga tidak diberi makan, rantai di lehernya juga selalu dikunci rapat. Bahkan, mereka dibiarkan kelaparan hingga terpaksa mengikuti perintah tuannya untuk beratraksi.
Di lain sisi, majikan si topeng monyet mengaku, terpaksa menjalani profesi sebagai pawang topeng monyet karena terdesak kebutuhan hidup, bagi mereka pawang topeng monyet sudah menjadi mata pencaharian utama. Karena itu, menurut mereka peraturan yang dibuat Bapak Jokowi sangatlah tidak adil bagi si Pawang Topeng Monyet.
Rudi, salah seoraang pawang topeng monyet mengaku sangat kecewa dengaan keputusan bapak Jokowi tersebut, melalui media massa ia menceritaakan bahwa di kampung monyet (kampungnya) dihuni sekitar 20 tukang topeng monyet yang tinggal di bilik-bilik. Kawasan tersebut memang terkenal sebagai kawasan, pusat tempat tinggal tukang topeng monyet.
Rudi menuturkan, dengan mengambil seluruh monyet dan dipindahkan ke Ragunan akan membunuh mata pencaharian para pengamen monyet. Hal ini sekaligus dapat membuat masyarakat kecewa dengan Jokowi, khususnya para pengamen topeng monyet.
Dalam satu hari, pawang topeng monyet ini mengaku dapat menghasilkan Rp. 50-70 ribu, perhari. Apakah Pak Jokowi bisa menanggung itu semua?
Sementara itu, untuk mengantisipasi masalah ini, Pemprov Jakarta berupaya mencarikan solusi terbaik untuk pawang-pawang topeng monyet, jangan sampai setelah peraturan tersebut keluar, pawang-pawang topeng monyet tersebut tidak mempunyai mata pencaharian.
Sumber :